1
Wajah yang sendu
sedang apa hatimu
Ada bintik di pipimu
tanda rindu yang terlalu
2
Pada saatnya semua beranjak
dari ranting yang dulu kuat
mendekap. Angin asing kini bergelandang
yang mungkin akan membawa ke entah
kau lihat lembayung itu?
Ia telah menunggu sejak tadi
Kemarin pagi.
3
Menjalani siklus. hidup adalah peradaban
Tuhan. yang bernama makhluk menjalani
semesti dan meski tetap berkehidupan
karena kesementaraanlah yang bikin kita
berhasrat tetap berlaga
4
Perjalanan tanpa peta. Kehidupan
Seperti teka teki karena kita doyan
dengan misteri dengan akhir tak terduga
Peristiwa demi peristiwa berlangsung
Alami.
5
Akulah peluru. Aku melihat
Peluru melihat aku. Peluru berhamburan
dari moncong kekerasan, berhamburan
menembusi jantung kelembutan
6
Dan selama kepanaan menjadi selimut
Abadi. Kilau itu pun segera sirna. Bulan
boleh tersenyum pada malam tapi begitu
matahari terbit bulan pasi bahkan mati
muncul kembali di abad lampau
7
sebagai batu tak beribu, berada di sungai
berlumut dan luput dari ingatan, namun
sebagai batu ia tahu siapa yang menjadikannya
berada di sungai jauh dari ramai
8
Ada bunga ditaburkan warna warnamu
ada suara berloncatan. Angin mempercepat pertemuan
di pohon tua. Air yang dikucurkan meresap
dihisap malam menghadirkan benderang
tapi wangi bunga itu tak sampai sampai
ke pantai-ngaraimu
9
Kisahmu masih berlaku setelah kau kembali
ke rumahmu yang tak ditumbuhi pepohonan
kebun belakang peristirahatan panjang
harimu telah selesai
10
Tinggal burung-burung hantu warna emas
emas bersepuh ketakutan dan harapan
untuk berulang ke mula
namun tembakan itu jitu
tepat ke bisu.
Januari-November 2004