Juni 07, 2008

Orkestra Tanah Kubur

Aroma kemboja membangunkan maut

Pulas pada rumpun malam pada ranjang

Muntah birahi

Gerai rambut kusut dibelai angin

Ia menjerit melengking menggapai langit

Tangan luka urat dari tanah

Ia dikuburkan bulan di subuh merah

Diratapi angin tenggara

yang tersesat dalam rimba kembara

Beri aku bunga untuk meredam dosa

dari segala pembalasan

Segala yang dibongkar. Rengkah kuburku

Mengguyur gerimis temaram bulan

Ia menangis tersedu mengisak. Meresap

Ke angin angin

Dan di rumah kematian orang bertangisan

Berlari

Meringkik kuda memecut udara

Maut masih terus memburu.

Noktah hujan


Gerimis mencatat kerinduannya yang jauh

Pada pohon palma pada senja kota

Dalam kekosongan ruang

Selarik puisi belum juga selesai. Apa yang bisa kutulis

Hanya suara hujan

Menenggelamkan hari jadi malam

Menanggalkan puing reruntuhan dalam jiwaku

Sisa perang yang belum usai

Gerimis mencatat kerinduannya yang jauh

Dalam lubuk hatiku

Menyimpan nestapa pada angin tak sampai

Pada reranting pohon yang telah tumbang

Dikutuki kekalahan pada hidup.

Juni 06, 2008

Silence Song

Sunyi kekal di dada

Air mata serta percakapan sepanjang sejarah

Mengental di tanah merah

Kata-kata menguap di bibir kering

Mengutuk awan yang tergesa pergi

Di terik hati yang terus meluncurkan

Perih. Adakah yang tertangkap langit

Dari hujan yang menahan nafas dari gairah kejatuhannya Setelah seharian membungkus nyeri dengan puisi

Tak ada isyarat selain

udara yang melesat bagai peluru

Nancap di dada

Di tangisan anak-anak yang lapar

Mengalirkan duka

Di karatan waktu yang mengalirkan

Sunyi sampai ke lautan

Tempat semua doa bermula

Garut, Mei 2008

Di Pusaramu

1

Wajah yang sendu

sedang apa hatimu

Ada bintik di pipimu

tanda rindu yang terlalu

2

Pada saatnya semua beranjak

dari ranting yang dulu kuat

mendekap. Angin asing kini bergelandang

yang mungkin akan membawa ke entah

kau lihat lembayung itu?

Ia telah menunggu sejak tadi

Kemarin pagi.

3

Menjalani siklus. hidup adalah peradaban

Tuhan. yang bernama makhluk menjalani

semesti dan meski tetap berkehidupan

karena kesementaraanlah yang bikin kita

berhasrat tetap berlaga

4

Perjalanan tanpa peta. Kehidupan

Seperti teka teki karena kita doyan

dengan misteri dengan akhir tak terduga

Peristiwa demi peristiwa berlangsung

Alami.

5

Akulah peluru. Aku melihat

Peluru melihat aku. Peluru berhamburan

dari moncong kekerasan, berhamburan

menembusi jantung kelembutan

6

Dan selama kepanaan menjadi selimut

Abadi. Kilau itu pun segera sirna. Bulan

boleh tersenyum pada malam tapi begitu

matahari terbit bulan pasi bahkan mati

muncul kembali di abad lampau

7

sebagai batu tak beribu, berada di sungai

berlumut dan luput dari ingatan, namun

sebagai batu ia tahu siapa yang menjadikannya

berada di sungai jauh dari ramai

8

Ada bunga ditaburkan warna warnamu

ada suara berloncatan. Angin mempercepat pertemuan

di pohon tua. Air yang dikucurkan meresap

dihisap malam menghadirkan benderang

tapi wangi bunga itu tak sampai sampai

ke pantai-ngaraimu

9

Kisahmu masih berlaku setelah kau kembali

ke rumahmu yang tak ditumbuhi pepohonan

kebun belakang peristirahatan panjang

harimu telah selesai

10

Tinggal burung-burung hantu warna emas

emas bersepuh ketakutan dan harapan

untuk berulang ke mula

namun tembakan itu jitu

tepat ke bisu.

Januari-November 2004